Tim KKN PPM UGM Gelar Sosialisasi Pengenalan Pewarna Alami dan Pengolahan Limbah Cair bagi Pengrajin Batik Kampung Taman
Tim KKN-PPM UGM YO-288 2020 Unit Kecamatan Kraton Subunit Patehan menyelenggarakan “Sosialisasi Pengenalan Pewarna Alami dan Pengolahan Limbah Cair bagi Pengrajin Batik Kampung Taman”. Topik pengenalan pewarna alami dan pengolahan limbah cair dipilih sebagai optimalisasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan oleh pekerja seni batik di lingkungan Kampung Taman sebagai salah satu kampung pengrajin batik. Kegiatan yang diselenggarakan di Balai RW 10 Kampung Taman, Patehan, Kraton Yogyakarta pada Kamis (19/11) dilakukan dengan kombinasi daring-luring dan dihadiri oleh Ketua LPMK Kelurahan Patehan, Ketua Paguyuban Seni Batik dan sekaligus perwakilan PKK Kampung Taman serta perwakilan dari pembatik dari Kampung Taman.
Sosialisasi ini turut mengundang Bapak Agus Haerudin, ST., perwakilan dari Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta di bawah naungan Kementrian Perindustrian, sebagai narasumber untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam optimalisasi penggunaan bahan pewarna alami dan pengolahan limbah cair dari industri batik. “Pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai bahan pewarna sebenarnya tidak akan menghasilkan limbah karena dapat terus digunakan dan diolah untuk proses pewarnaan selanjutnya” ujar Bapak Agus Haerudin yang menekankan keunggulan dari penggunaan bahan alam.
Sumber bahan pewarna alam dapat diperoleh dari getah maupun kulit dari bagian tanaman (akar maupun batang). Beberapa tanaman sebagai sumber penghasil warna alami : kulit kayu tinggi (untuk warna merah maron), pace (untuk warna merah), bunga srigading (untuk warna hijau), putri malu (untuk warna kuning-hijau), ketepeng kebo (untuk warna abu-abu), daun tarum/indigo (untuk warna biru), bawang (untuk warna abu-abu) dan beberapa contoh lainnya. Warna-warna dari bahan alami tersebut dapat menghasilkan variasi warna bergantung dari penggunaan bahan fiksasi. Bahan fiksasi yang umum digunakan adalah tawas, kapur, dan tunjung. Ketiga kombinasi penggunaan bahan fiksator ini dapat menghasilkan kombinasi warna dari terang-gelap dari satu sumber bahan pewarna alami.
Materi mengenai cara sederhana untuk mengurangi kepekatan warna limbah dibagikan pada sesi pengolahan limbah cair batik. “Pada prinsipnya kita usahakan limbah yang didapat dari hasil produksi bersifat netral : apabila limbah bersifat asam maka ditambahkan basa sedikit dan begitu pula sebaliknya” Jelas Pak Agus. Selain cara sedehana dikenalkan juga instalasi pengolahan limbah yang dapat dibangun oleh penggerak industri batik. Diskusi tanya jawab antara pengrajin batik dengan narasumber semakin memperkaya ilmu dan pengalaman mengenai tips praktis penggunaan bahan pewarna alami serta pengolahan limbah.
Kegiatan pengenalan pewarna alami dan pengolahan limbah cair bagi pekerja seni batik di Kampung Taman menyegarkan pengetahuan dan pengalaman di bidang pengolahan industri batik. Penggunaan bahan-bahan pewarna alami dan pengolahan limbah cair yang ada dalam produksi batik diharapkan dapat semakin meningkatkan produktivitas, , meningkatkan kreasi dan nilai jual karya, mengurangi resiko kesehatan dan lebih ramah lingkungan.