Penting Menjaga Kesehatan Jiwa Selama Pandemi

Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi di mana seseorang dalam kondisi baik secara fisik, mental, dan sosial. Pandemi COVID-19 yang sudah melanda sejak awal tahun 2020 telah membawa perubahan yang sangat besar dan berpengaruh tidak hanya pada kesehatan fisik seseorang, namun juga kesehatan jiwa.

Pandemi COVID-19 menuntut kita semua untuk membatasi diri untuk berkumpul bersama dengan teman dan keluarga, selain itu, pandemic menyebabkan aktivitas di sekolah hingga perkantoran tidak dapat berjalan seperti biasa. Stresor yang juga muncul sejak pandemi adalah ketakutan tertular virus, cemas menunggu hasil tes kesehatan, dan juga takut mendapatkan stigma buruk dari orang sekitar, belum lagi ditambah dengan beredarnya banyak hoax dan berita buruk mengenai COVID-19. Pada orang dewasa, termasuk orang tua, stressor dapat berupa kebingungan dalam mendampingi anak belajar selama sekolah daring hingga kehilangan pekerjaan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Pada para lanjut usia (lansia), mereka dapat mengalami kesepian karena minimnya interaksi sosial.

Respon masing-masing terhadap stressor tersebut berbeda. Apabila kita merasa cemas atau kesepian, itu merupakan respon yang wajar selama tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil swaperiksa yang terdapat pada laman Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), sejak 5 bulan pandemi COVID-19 di Indonesia, masalah psikologis terbanyak ditemukan pada mereka yang berumur 17-29 tahun dan > 60 tahun. Dari swaperiksa tersebut, 65% mengalami cemas, 62% mengalami depresi, dan 75% mengalami trauma. Selain itu, terutama semenjak pandemi ini, seringkali muncul keluhan seperti mudah terdistraksi, prokrastinasi, tidak memiliki motivasi untuk belajar atau bekerja, dan lainnya.

Gejala-gejala yang muncul bervariasi dari satu kelompok umur ke kelompok umur lain. Masalah atau gejala yang dapat menandakan adanya masalah psikologis pada orang dewasa adalah adanya gangguan tidur, baik sulit memulai tidur, tidak mampu tetap tidur, merasa tidak puas saat bangun tidur, hingga terlalu banyak tidur. Seseorang juga dapat merasakan kesulitan untuk rileks, mudah kesal, cemas, gelisah, sulit konsentrasi, kehilangan motivasi, kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai, dan merasa lelah sepanjang waktu.

Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan jiwa kita selama pandemi?

  1. Jalin komunikasi

Social distancing tidak berarti kehidupan sosial kita harus juga berjarak. Meski tidak dapat bertemu langsung, interaksi sosial dapat tetap terjalin melalui telepon atau video-call. Luangkanlah waktu untuk mengobrol dengan keluarga atau teman-teman terdekat. Terutama apabila kita terpisah dari nenek kakek kita yang sudah lanjut usia, inisiatif kita untuk menelepon mereka akan mencegah mereka dari perasaan kesepian.

  1. Batasi konsumsi berita

Banyaknya kabar bohong dan kabar buruk dapat menambah rasa cemas. Pastikan kita membatasi waktu kita untuk terpapar dengan berita. Untuk mengurangi kecemasan, baiknya kita juga selalu memastikan informasi yang kita terima adalah berita benar dan sahih. Kita harus pintar-pintar menyaring informasi yang kita terima, terutama terkait dengan penyakit COVID-19.

  1. Me-time

Sisihkan waktu untuk diri sendiri. Setidaknya berikan diri anda 5 menit untuk melakukan kegiatan apapun yang anda senangi. Anda bebas menekuni hobi anda atau bahkan sekedar mengistirahatkan mata anda setelah seharian menatap layar gawai yang anda gunakan.

  1. Jaga kesehatan fisik

Pandemi bukan alasan untuk tidak berolahraga. Olahraga dapat dilakukan baik di dalam maupun luar rumah. Anda dapat jalan pagi atau lari pagi, sekaligus untuk mendapatkan paparan sinar matahari. Apabila anda tidak ingin keluar rumah, anda dapat mengakses secara gratis banyak video olahraga di rumah melalui platform-platform yang sudah ada, seperti Youtube. Usahakan untuk memilih olahraga yang tidak melibatkan alat yang disentuh oleh banyak orang, tetapi jika anda hanya senang olahraga tersebut, jangan lupa untuk mendisinfeksi alat yang akan digunakan dan mencuci tangan anda sesudah olahraga

  1. Bantuan psikolog dan psikiater

Respon terhadap stressor berbeda pada masing-masing orang. Respon yang disertai gejala atau masalah yang mengganggu keseharian anda sebaiknya dikonsultasikan dengan seorang psikolog atau psikiater. Saat ini layanan psikologi sangat mudah diakses, baik secara daring maupun luring. Secara luring, layanan psikologi dapat anda akses mulai dari Puskesmas terdekat. Secara daring, layanan psikologi yang ditawarkan bisa diakses baik secara gratis maupun berbayar. Layanan psikologi gratis disediakan oleh Ikatan Psikolog Klinis, anda dapat mengakses informasinya di https://ipkindonesia.or.id/bantuan-konseling-daring-psikolog-klinis-covid-19/#9 dan mengikuti prosedur pelayanannya.

 

Perubahan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 tentu tidak mudah untuk dihadapi dan menuntut kita untuk bisa adaptasi dengan cepat, sehingga wajar apabila kita merasakan cemas atau ketakutan selama pandemi. Namun, kita tidak perlu menghadapinya sendirian, kita dapat mengkomunikasikan perasaan kita dengan orang-orang terdekat yang kita percaya dan jika perlu, kita tidak perlu segan untuk menghubungi para psikolog atau psikiater untuk konsultasi masalah kita. Mari mulai peduli dengan kesehatan jiwa kita dan jangan lupa apresiasi diri kita masing-masing karena sudah dapat bertahan hingga sejauh ini!